“Kepuasan adalah rasa luar
biasa yang dirasakan setelah kita mengusahakan suatu hal. Semakin tinggi
perjuangan yang dilakukan untuk hal tersebut, maka akan semakin tinggi pula
kepuasan yang didapat. Jadi kepuasan bukanlah hasil akhir, tapi lebih kepada proses
pencapaian hasil akhir tersebut.”
Hehe…belum apa-apa sudah ngelantur…, sebenarnya hari ini saya ingin berbagi
pengalaman olah raga mendaki gunung bersama tiga sahabat saya : Jamal, Santo
Kenthus dan Agus Dne ke Gunung Manglayang. Gini ceritanya :
Hari ini, minggu 04 Desember 2011 kami berkumpul di Carefour Kiaracondong
dengan rencana malakukan olah raga alam mendaki gunung Manglayang. Pendakian
akan di mulai dari Baru Beureum, dan untuk menuju kesana terlebih dahulu kami
harus menuju ke Jatinangor dengan menggunakan kendaraan umum (Bus DAMRI).
Sampai di Jatinangor, perjalanan dilanjut dengan menggunakan ojeg menuju
Baru Beureum. Perjalanan kami terhambat karena saat itu sedang ada kegiatan
komunitas Vespa di Bumi perkemahan Kiara Payung. Otomatis ojeg hanya bisa
menemani kami sampai Kiara Payung saja.
Dari Kiara Payung, perjalanan dilanjut dengan jalan kaki kurang lebih
setengah jam. Selama perjalanan suasana pedesaan sangat terasa, udaranya yang
begitu segar plus aktifitas masyarakat ala pedesaan menghibur dan menemani
kami. Senyuman dan sapaan ramah masyarakat merupakan sambutan yang begitu
hangat bagi kami.
Dari jauh puncak manglayang terlihat begitu indah dengan selimut kabutnya.
Ingin rasanya cepat-cepat menginjakan kaki dan menapaki tiap senti puncaknya.
Kurang lebih jam.9.30 kami sampai dititik awal pendakian yang katanya sudah
berada di ketinggian 1600 mdpl. Disana terdapat dua buah warung sederhana dan
sebuah mushola. Kami beristirahat sebentar untuk mengisi perbekalan dan mengumpulkan
tenaga serta semangat untuk melakukan pendakian yang sebenarnya.
“Gunung Manglayang memiliki ketinggian
kurang lebih 1818 mdpl, walaupun tidak begitu tinggi, tapi medan yang akan
dilalui menuju puncak tidaklah mudah. Rata-rata kemiringan jalur pendakian 70
s/d 80 derajat, bahkan jalur turun nanti banyak yang mencapai 90 derajat, jadi
kita harus ekstra hati-hati. Baiklah, sebelum berangkat mari kita berdo’a
bersama, berdo’a mulai….”
Memang benar, walaupun tidak begitu tinggi, tapi jalur yang dilalui selama
pendakian sangat terjal. Sepanjang perjalanan, batu-batu besar sering kami
dapati plus jurang yang mengikuti kami di kiri kanan jalur.
Jam
11.00 kami sampai di puncak bayangan. Dari sini kami disuguhi pemandangan
menakjubkan, semua bisa terlihat jelas. Dari gunung-gunung yang berada di
sekitar Manglayang, sampai tingginya bangunan-bangunan kota Bandung bisa
terlihat jelas dari sini. Hanya satu kata yang bisa terucap..”Subhanallah…” .
Setelah beristirahat sebentar, perjalanan kami lanjutkan. Dan akhirnya
tepat jam.12.00 puncak manglayang berhasil kami tapaki
.
Setelah makan siang dan menikmati suasana puncak, kami lanjutkan perjalanan
dengan mengambil jalur Batu Kuda. Jalur turun tidak kalah ekstrimnya, kecuraman
jalur yang bisa mencapai 90 derajat disertai jurang di kiri kanan nya adalah
tantangan berat bagi kami yang sudah hampir kehabisan tenaga. Setelah kurang
lebih 3 jam perjalanan (plus sesat karena salah ambil jalur) akhirnya kami tiba
di situs Batu Kuda. Dan kami pun bisa bernafas lega karena perjalanan kami hari
ini begitu berharga.
Banyak yang saya dapat dari perjalanan ini, di mulai dari kebesaran
ciptaan-NYA, kebersamaan sampai pengendalian diri bisa saya dapatkan disini.