Tidak pernah lelah
sepertinya kaki ini untuk terus telangkah menelusuri terjalnya alam liar. Juga
tidak pernah bosan rasanya jiwa untuk selalu berusaha memenuhi rasa penasaran
akan keindahan alam ciptaan Tuhan.
Untuk alasan itu pula hari
ini minggu, 18 September 2011 kami para insan muda dengan segala kesibukannya,
mencoba memanfaatkan hari libur singkat ini untuk bersilaturahmi dengan alam
menlusuri teriknya Taman Wisata alam Gunung Tampomas.
Taman Wisata Alam Gunung
Tampomas masuk Kecamatan Buah Dua,Congeang, Sindangkerta dan Cibeureum
Kabupaten Sumedang. Keadaan lapangan kawasan Taman Wisata ini bergunung-gunung
dengan ketinggian antara 625 – 1.684 meter di atas permukaan laut.
Daya Tarik Obyek Beberapa obyek wisata yang menarik di kawasan
Gunung Tampomas yaitu: Puncak Gunung Tampomas (Sangiang Taraje) Dengan
ketinggian ± 1.684 meter diatas permukaan laut, seluas 1 Ha merupakan areal
terbuka. Lokasi ini memiliki nilai estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan
dapat menikmati pemandangan alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya.
Adanya lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar berwarna hitam menambah
kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Makam Keramat Terletak ± 300 m ke arah Utara Puncak Sangiang
Taraje, tempat ini lebih dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, kedua
makam tersebut merupakan peninggalan (patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu
Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran lama.
Itulah sedikit
profil dari gunung Tampomas yang kami ketahui.
Rencananya kami
akan melakukan pendakian dari curug Ciputrawangi Narimbang. Hari ini tim yang
akan ikut ekspedisi ini adalah : Sentot (saya), Ben, Adi (Agung Sumardi), Rio
(VaAryo Reza), Dewi (Dewi Angel), Anggieta, Shima, Jamal dan Adi Sumardi.
Kami berangkat dari
terminal Cicaheum Bandung jam.8.00 dengan menggunakan Elf antar kota menuju
Cimalaka (Tarif Rp.15.000,-) di sambung dengan angkutan kota menuju
Ciputrawangi Narimbang (Tarif Rp.7000’-). Jam.10.00 kami sampai di Narimbang,
setelah mengisi perbekalan dan mampir sebentar kerumah Pak Kasmad (kuncen
setempat), jam.11.00 kami mulai melakukan pendakian.
Jalur pendakian tampomas agak sedikit berbeda dengan gunung-gunung yang
sebelumnya kami lalui, dengan karakteristik tanahnya yang berdebu, lebarnya
jalur, sedikitnya batang pohon untuk pegangan, dan kondisi jalur yang walaupun
dengan kemiringan yang landai tapi terus menanjak membuat kondisi fisik kami
menurun drastis. Hal ini terbukti di satu jam pertama Shima sudah terlihat
kepayahan dan tidak begitu lama Anggie pun mulai terlihat lelah. Tingginya suhu
dan perbedaan kelembapan dengan gunung-gunung yang ada di Bandung pun ikut menambah
tekanan terhadap fisik dan mental kami. Bagi seorang Adi, suasana mistis lah
yang baginya terasa begitu menonjol.
Dengan berbagai tekanan tersebut plus waktu yang sepertinya tidak
memungkinkan, setelah 2/3 perjalanan yang kurang lebih di tempuh dengan 3,5 jam
perjalanan, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi pendakian kami, puncakpun
tidak berhasil kami tapaki.
Itulah sedikit cerita dan pengalaman kami tentang Tampomas, walaupun puncak tidak berhasil kami jejaki, tetapi banyak hal yang kami dapat terutama tentang kebersamaan, toleransi, dan yang jelas pengakuan terhadap keindahan alam ciptaan Allah SWT. Begitu indah dan maha luas ciptaan-NYA dan begitu maha pengasih-NYA, sehingga semuanya diciptakan hanya untuk kita hamba-hamba-NYA.