Pages

Thursday, March 17, 2011

Hakikat Manusia


Seperti makhluk lain di seluruh alam semesta, manusia pada hakikatnya adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Namun manusia diberi kedudukan yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hal ini seperti dijelaskan dalam Qs.Al-Baqarah : 30, 31 sebagai berikut :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(31).
 
Manusia sebagai makhluk fisik dan non fisik

Manusia adalah makhluk Allah SWT ysng bersifat lahir (syahadah) dan ghaib (non fisik). Zat yang bersifat lahir dan ghaib itu menentukan postur manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “ Qs.At-Tiin (95) : 4

Manusia mempunyai anggota badan, khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme biologi, yaitu seperangkat sub sistem didalam sistem tubuh manusia untuk menunjukan keberadaannya.

Secara ghaib / non fisik, manusia memiliki ruh dan jiwa yang memerankan adanya proses berfikir, merasa, bersikap dan berserah diri serta mengabdi yang merupakan mekanisme kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” Qs.Qaaf (50) :16

(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” Qs.Al-mu’min (40):35

Manusia sebagai makhluk yang unik

Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia adalah makhluk yang unik. Keunikan manusia adalah karena di karuniainya otak dengan susunan syaraf yang memproses rangsangan dari luar menjadi satu konsep ide atau pikiran dan memiliki rasa (sedih, gembira dan sebagainya ) yang kemudian dituangkan dalam bentuk perkataan maupun perbuatan apabila seseorang menghadapi suatu peristiwa tertentu seperti :
  • Ungkapan sederhana, misalnya mengucapkan istighfar sebagai ungkapan rasa menyesal
  • Bacaan singkat yang bersifat predikat atau atributif, misalnya membaca basmallah ketika memulai suatu pekerjaan
  • Analisis dan perbuatan mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa, misalnya sujud syukur apabila kita memperoleh nikmat dari Allah.
Kemampuan berfikir dan mengambil keputusan itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Manusia sebagai khalifah

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu(29). Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(31). Qs.Al-Baqarah : 29, 30, 31

Aspek kognitif dan afektif yang terdapat pada manusia, baik melalui pendengaran (informasi), pengajaran (pendidikan), penglihatan (pengenalan akan fakta, proses asosiasi atau berfikir dan penyusunan konsepsi) serta rasa dapat sampai pada terbentuknya suatu tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan perkataan lain kapasitas manusia mempunyai kemungkinan untuk belajar secara induktif, dapat melakukan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Inilah manusia jika dipandang sebagai khalifah yang diberi beban tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sumber :
              BMP Pendidikan Agama Islam
              (Modul I Kegiatan Belajar I) 

Tuesday, March 8, 2011

JIN

Definisi dan Karakteristik jin
 
Pocong, kunti lanak, tuyul dan sebagainya adalah keyakinan yang melekat pada budaya masyarakat Indonesia. Bagi anak-anak kecil dan sebagian masyarakat nama-nama tersebut akan terdengar sangat menakutkan. Tapi apa sih sebenarnya mereka, siapa mereka dan pantaskah mereka di takuti oleh kita.

Penasaran oleh penomena tersebut, sedikit saya cari-cari referensi yang dapat dipercaya, dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Kalau merujuk kepada Alqur’an dan sunnah, maka hal-hal tersebut akan tertuju kepada suatu makhluk ciptaan Allah swt bernama Jin. Apa dan bagaimana bentuk dan karakteristik jin, berikut hasil penelusuran saya.

Definisi jin

Jin secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi "tersembunyi" atau "tidak terlihat". Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api.
Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-Jann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara bahasa jin artinya yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia.

Dari sini bisa di ambil kesimpulan bahwa jin adalah makhluk ciptaan tuhan yang memiliki karakteristik utama tidak terlihat oleh manusia secara umum. Hal ini tercantum dalam al qur’an surat Al-a’raf : 72 :

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”

Sejarah penciptaan jin

Qs Al-Hijr : 26 – 27 :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”

Qs Al-Baqarah : 30 :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kedua ayat di atas menjelaskan tentang penciptaan jin. Walaupun waktu penciptaannya tidak di sebutkan,  tapi yang jelas jin di ciptakan sebelum manusia di ciptakan.

Menurut tafsir Ibnu Katsir surat al baqarah ayat 30, bahwa jauh sebelum manusia di ciptakan bumi telah dihuni oleh jin. Akan tetapi jin tersebut durhaka kepada Allah swt dengan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah dengan saling membunuh antar sesamanya. Oleh karena itu Allah swt memrintahkan kepada malikat untuk memburu dan membersihkan mereka. Sehingga bumi bisa bersih kembali dan siap untuk di huni kembali oleh makhluk yang akan di ciptakan oleh Allah swt yaitu manusia. Sekali lagi disini di tegaskan bahwa jin di ciptakan sebelum manusia.


Karakteristik jin
Jin sebagai makhluk ciptaan Allah swt, memiliki karakteristik tertentu diantaranya :

A. Memiliki keturunan

Qs : Al-Kahfi : 50 :

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”

“patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku” kalimat dari ayat tersebut mengisyaratkan bahwa jin juga memiliki keturunan atau dengan kata lain berkembang biak.

B. Tidak kasat mata

Qs: Al-a’raf : 72 :

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”

Disini jelas bahwa secara umum wujud asli jin tidak bisa terlihat oleh manusia, selain Karena unsur penciptaannya berbeda dengan manusia, alamnya pun berbeda dengan alam manusia. Dikatakan secara umum karena dalam satu riwayat Rasulullah SAW mampu menangkap jin yang akan mengganggunya. Jadi dalam kondisi dan keadaan khusus jin dimungkinkan bisa terlihat.

C. Memiliki Agama/ Keyakinan

Seperti manusia, jin di ciptakan untuk beribadah kepada Allah swt sebagai mana firman Allah dalam qur’an surat Adz-Dzariyat: 56 sebagai berikut : "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaKu".

Dengan adanya tanggung jawab yang diberikan kepadanya juga maka jin memiliki keyakinan atau agama yang harus dianut. Sehingga sebagian jin ada yang beriman kepada apa yang di serukan oleh Rasulullah SAW yaitu islam dan ada yang kafir terhadapnya. Ini dijelaskan dalan Qs: Al-jin : 11 :

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”

Bersambung...