Pages

Friday, March 2, 2012

Malam Ini Nyata

Mengukur panjangnya jalan dengan langkah kaki mungkin sudah menjadi takdir, atau mungkin juga itu menegaskan posisi status sosial dimasyarakat.


Seperti biasa, saat malam sudah begitu larut fasilitas angkutan umum pun sudah mulai berkurang,apalagi daerah-daerah tertentu di Bandung memang memiliki angkutan umum yang terbatas. Untuk yang berkantong tebal, itu bukan masalah…. Ada Taxi yang siap mengantar ke seluruh sudut kota.

Pulang kampus terlalu malam, otomatis angkutan umum pun hanya biasa menemani sampai perempatan Sudirman-Gardujati. Sampai disini angkotpun mengucapkan selamat tinggal dan tiba saatnya untuk mengukur jarak yang tersisa dengan telapak kaki mungil ini.




 
Menelusuri panjangnya Jln.Gardujati, tidak begitu sepi. Kiri-kanan bahu jalannya berjejer kendaranaan pribadi yang diparkir rapi. Mungkin pendatang, atau mungkin juga penduduk setempat. Sepanjang jalan ini tidak begitu ramai tapi juga tidak sepi. Para pedagang kaki lima dengan berbagai produk kuliner yang mereka jajakan ikut menghiasi trotoar-trotoarnya.


 
Tidak mengherankan jika malam dijalan ini terus bergeliat, mengingat dikawasan ini pernah pernah berdiri kawasan elit prostitusi dengan lebel saritem nya, yang konon dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur kereta Api di bandung ini.

 
Larut tenggelam dalam lamunan membuat perjalan tidak begitu terasa melelahkan. Lantunan syair “Arti Kawan” nya Pas memanggil kembali kesadaranku, dan tidak terasa posisi sudah di perempatan Pasir Kaliki-Dr.Junjunan (Perempatan Pasteur). Dan Alhamdulillah, angkot terakhir masih setia menungguku….