Umar bin Khatthab adalah orang yang sangat tawadhu’ kepada Allah. Kehidupan dan makanannya
sangat sederhana. Beliau terkenal sangat tegas dalam urusan agama Allah, selalu
menambal bajunya dengan kulit, membawa ember diatas kedua pundaknya, dengan
wibawanya yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang
tertawa dan tidak pernah bergurau dengan siapapun.
Pada masa ke khalifahannya, beliaulah yang
pertama kali digelari Amirul Mukminin. Beliaulah yang pertamakali membuat
penanggalan hijriah, mengumpulkan manusia untuk Shalat Tarawih berjama’ah,
orang yang pertama kali berkeliling dimalam hari mengontrol rakyatnya di
madinah, yang pertama kali membawa tongkat pemukul untuk memberi pelajaran dan
menghukum yang salah dan masih banyak lagi keutamaan beliau sebagai seorang
pemimpin.
Seperti sudah di ceritakan di atas bahwa
beliau adalah orang yang pertama kali berkeliling dimalam hari untuk mengontrol
rakyatnya. Berdasarkan hal ini, ada suatu cerita pada suatu malam Umar bin
Khattab sedang berkeliling bersama Aslam ke dusun Waqim. Ketika mereka sampai
di Shirar (sebuah sumur yang berjarak sekitar 3 mil dari kota madinah), mereka
melihat ada api yang dinyalakan. Umar berkata, ‘wahai Aslam disana ada musafir yang kemalaman, mari kita berangkat
menuju mereka.’ Mereka segera mendatangi nya dan ternyata disana ada
seorang wanita bersama anak-anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan
diatas api, sementara anak-anaknya sedang menangis, Umar bertanya, ‘Assalamu’alaiki wahai pemilik api.’ Wanita
itu menjawab, ‘wa’alaika as-salam’, Umar
berkata, ‘kami boleh mendekat?’ dia
menjawab, ‘Silahkan!’ Umar segera
mendekat dan bertanya, ‘Ada apa gerangan
dengan kalian?’ Wanita itu menjawab, ‘kami
kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan.’ Umar kembali bertanya, ‘kenapa anak-anak itu menangis?’ Wanita
itu menjawab, ‘Karena lapar.’ Umar
kembali bertanya, ‘Apa yang engkau masak
diatas api itu?’ Dia menjawab, ‘ Air
agar aku dapat menenangkan mereka hingga tertidur. Dan Allah kelak yang akan
jadi hakim antara Kami dengan Umar.’
Maka Umar menangis dan segera berlari pulang
menuju tempat penyimpanan gandum. Ia segera mengeluarkan sekarung gandum dan
seember daging, sambil berkata, ‘wahai
Aslam naikkan karung ini keatas pundakku.’ Aslam berkata, ‘Biar aku saja yang membawanya untukmu.’ Umar
menjawab, ‘Apakah engkau mau memikul
dosaku kelak dihari kiamat?!’ Maka beliau segera memikul karung tersebut
diatas pundaknya hingga mendatangi tempat wanita itu. Setelah meletakkan karung
tersebut, beliau segera mengeluarkan gandum dari dalamnya dan memasukannya
kedalam periuk. Setelah itu beliau
memasukan daging kedalamnya. Umar berusaha meniup api dibawah periuk hingga
asap menyebar diantara jenggotnya untuk beberapa saat. Setelah itu Umar
menurunkan periuk dari atas api dan berkata, ‘Berikan aku piring kalian!.’ Setelah piring diletakkan segera Umar
menuangkan isi periuk kedalam piring itu dan menghidangkannya kepada wanita itu
dan berkata, ‘Makanlah!’ Maka anak-anak
itu makan hingga kenyang, wanita itu berdo’a untuk Umar agar diberi ganjaran
pahala sementara dia sendiri tidak mengenal Umar.
Umar masih bersama mereka hingga anak-anak
itu tertidur pulas. Setelah itu Umar memberikan kepada mereka nafkah lantas pulang.
Umar berkata kepada Aslam, ‘Wahai Aslam
sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka begadang dan tidak dapat tidur.’
Sebagai seorang khalifah atau pemimpin, Umar
bin Khattab memiliki rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap tugas yang
di embannya. Beliau menjalankan tugas semata-mata hanya karena rasa takutnya
kepada Allah SWT. Imbalan yang dia harapkan adalah imbalan dari-NYA. Sehingga seluruh
rakyat yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat merasakan dan mendapatkan
apa yang menjadi haknya.
Untuk saat ini, mungkin sangat jarang sekali
atau mungkin juga tidak ditemukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab. Yaitu
sosok pemimpin yang selalu berusaha untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk
kemelaratan rakyat. Sosok pemimpin yang selalu berusaha memahami penderitaan
rakyat, bukan sosok dictator yang hanya bisa memeras keringat dan menguras air
mata rakyat.
Wallahualam bisawab