Sobat inspirasi, apa kabar semua….harapan saya semoga kita selalu dalam
lindungan Yang Maha Kuasa. Sepertinya sudah lama ya kita tidak saling sapa,
biasa lah penyakit malas sedang datang menyerang..:)
Kali ini ada sedikit cerita yang ingin saya bagikan untuk sobat inspirasi
semua. Biasa lah, cerita seputar perjalanan saya bareng teman-teman dari
keluarga APRAK (Apresiasi Alam dan Kreatifitas). Walaupun ini hanya cerita
biasa, saya berharap semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi buat sobat
inspirasi semua.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari minggu 29 September 2012 saya
bersama APRAK melakukan kegiatan yang mungkin bisa di katakan rutin, yaitu olah
raga Hiking atau dalam istilah keluarga APRAK biasa di sebut ngaprak.
Tujuan ngaprak kali ini adalah Gunung Bukit Tunggul yang secara geografis
terletak di antara Bandung dan Subang. Bukit Tunggul adalah gunung yang memiliki
ketinggian kurang lebih 2.208mdpl, dan gunung ini bukan merupakan gunung
berapi. Menurut informasi yang dapat dipercaya, Bukit Tunggul adalah gunung
tertinggi ke empat di kawasan Bandung.
Legendanya Bukit Tunggul terbentuk dari pangkal pohon (tunggul) yang
tersisa saat Sangkuriang membuat perahu untuk Dayang Sumbi. Dimana perahunya
kelak menjadi Gunung Tangkuban Perahu dan ranting-ranting kayunya menjadi
Gunung Burangrang. *pohonnya segede apa ya…:D
Untuk titik awal pendakian, kami memilih jalur Pasirangling, di kawasan
cibodas (sebenernya masih rada bingung sih masuknya cibodas atau suntenjaya)..
Dari Bandung, untuk mencapai titik ini bisa di tempuh dengan menggunakan
kendaraan umum kearah Lembang (st.Hall-Lembang) turun di pasar Lembang di lanjut
dengan angkutan kota kearah Cibodas via Maribaya sampai pemberhentian terakhir,
terminal ini dinamakan Patrol. Untuk masing-masing angkutan umum tarifnya
Rp.5000,-.
Dari Patrol kita harus berjalan sekitar 2 jam untuk mencapai
Kp.Pasirangling. kita akan melewati perkebunan dan perbukitan yang lumayan
menguras tenaga. Jalurnya adalah jalur tanah yang tidak begitu kecil dan tidak
juga besar, tapi banyak truk yang masuk kawasan ini untuk mendistribusikan
pupuk kepada masyarakat setempat. Dikiri- kanan terbentang luas perkebunan yang
terlihat gersang, hanya sedikit tanaman brokoli yang tersisa disana, mungkin
karena saat ini belum mulai masa tanam.
Lepas dari perkebunan dan pemukiman kita akan memasuki hutan pinus yang
tertata sangat rapih. Disini kita disuguhi pohon pinus yang berjajar menjulang
tinggi dengan jarak yang begitu rapi. Bagian bawahnya di penuhi ranting dan
daun-daun pinus kering berwarna merah. Sepintas hamparannya bagai permadani
yang menutupi kawasan hutan ini.
Setelah menembus kokohnya barikade pinus, kita mulai merambah memasuki
kawasan hutan yang lebih lebat. Permukaan tanah kawasan hutan ini di penuhi
rumput babadotan yang hampir memenuhi jalur pendakian. Mungkin karena jarang ada
yang mendaki sehingga semakin keatas jalur semakin rapat oleh berbagai
tumbuhan. Tapi justru disinilah nilai lebihnya, karena kita bisa lebih menikmati
bentuk kealamiannya. Perjalanan semakin menarik ditemani nyanyian burung yang
terus mengiringi dan memanjakan telinga kita.
Semakin keatas, udara semakin menusuk dan lembab. Pepohonan pun mulai di
penuhi lumut seolah menjadi selimut yang hangat baginya. Rumput babadotan
digantikan oleh uniknya spiral-spiral yang pertontonkan oleh tanaman pakis.
Beberapa saat sebelum puncak, kita akan menemui kawasan yang banyak
ditumbuhi oleh rumpun-rumpun honje hutan. Honje hutan sendiri adalah sejenis
tumbuhan rempah dari suku jahe-jahean. Masyarakat sekitar biasanya memanfaatkan
bunga dan buahnya sebagai campuran dan sekaligus sebagai bumbu penyedap bebagai
jenis masakan.
Dan setelah kurang lebih 4 jam kita berjalan menikmati sajian alam bukit
tunggul ini, akhirnya kita sampai ditujuan akhir perjalanan, yaitu puncak bukit
tunggul di ketinggian 2208mdpl. Dipuncak, kita akan menemui situs purbakala
peninggalan nenek moyang berupa punden berundak dan bentuk kolam yang dinamakan
“Babalongan”. Konon situs ini adalah tempat pemujaan di jaman megalitik.
Banyak hal bisa kita renungi disini, dan banyak inspirasi mengisi relung
hati menyibak sanubari dan menyadarkan betapa indah dan besarnya ciptaan Yang
Maha Kuasa.
Dan kami (Sentot Utama, Bambang Edi Nugroho, Santo Kenthus dan Teten)
selalu berdo’a dan berharap semoga apa yang kami nikmati, kami lihat dan kami
rasakan dapat pula dirasakan oleh generasi berikutnya.
Terakhir, buat semua sobat inspirasi dan barudak APRAK mari kita tumbuhkan rasa empati kita terhadap
alam sehingga kita mampu memberikan apresiasi yang nyata..
Salam Apresiasi…..