Pages

Friday, February 17, 2012

Kesan Terkenang



Mendaki gunung merupakan salah satu olah raga ekstrim yang menantang sekaligus penuh resiko. Dibalik keindahan yang bisa di nikmati, tersimpan bahaya-bahaya dari alam yang setiap saat dapat mengancam keselamatan kita.

Diperlukan suatu kemampuan dan keterampilan untuk mengntisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Teori bertahan hidup/ konsep survival mutlak harus dikuasai oleh semua orang yang menekuni hobby ini.

Berbicara mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh alam, kami Sentot Utama, jamal, Santo Kenthus, BEN, Agus DNE, dan Fauzil yang tergabung dalam komunitas APRAK (Apresiasi Alam dan Kreativitas) mendapatkan pengalaman berharga beberapa waktu lalu saat mendaki Gunung Manglayang.

Sabtu 11 februari 2012 kami berenam berangkat menuju Jatinagor dengan rencana akan melakukan Camping di puncak bayangan gunung Manglayang. Bagi APRAK, Camping ini adalah kegiatan ngAPRAK perdana semenjak APRAK berdiri tgl 21 Januari 2012 kemarin. Camping ini juga merupakan pengalaman pertama bagi kami berenam.

Jam 18.30, kami sampai di titik awal pendakian yaitu di warung terakhir desa Barubeureum di kaki gunung manglayang sebelah timur. Suasana warung saat itu ramai karena sedang ada kegiatan yang dilakukan eloh teman2 PA disana.

Cuaca saat itu gerimis, tapi tidak menyurutkan langkah kami untuk melanjutkan perjalanan. Pertimbangan kami untuk melanjutkan perjalan karena biasanya hujan hanya akan turun di sore hari, dan kami merasa sudah membawa tenda yang akan melindungi kami jika hujan turun nanti.

 
Rute Manglayang yang terjal kami lalui dengan semangat perjuangan dan kesabaran yang tinggi.100 meter sebelum mencapai puncak bayangan, kaki kanan Fauzil kram dan memaksa kami untuk berhenti. Untuk menghemat waktu, saya dan Kenthus melanjutkan perjalanan untuk menyiapkan tenda.

22.30, tenda dan segala keperluan untuk beristirahat selesai di siapkan. Kamipun makan malam dibawah sinar bulan yang masih tertutup awan.selesai makan, karena gerimis turun kembali, kami memutuskan untuk masuk tenda dan beristirahat. 



Jam 00.30 tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya di tambah petir yang menyambar-nyambar tepat diatas kepala kami. Saya dan Jamal pertama kali terbangun saat itu, perasaan panik mulai muncul saat air mulai menembus tenda kami. Cuma satu yang saya ingat waktu itu, bahwa dalam kondisi seperti itu usahakan untuk tetap tenang, setidaknya itu yng pernah saya baca tentang teknik survival. 

Satu-persatu kami berenam terbangun dengan suasana panik menyelimuti, tidak tau apa yang harus dilakukan. “Bakal jadi DPO tim SAR nih besok....., tapi tidak, kami harus selamat!!!”, itu yang sempat terlintas dalam benak saya. Bebrapa saat kemudian angin kencang menerpa tenda kami yang membuat air semakin deras menembus tenda.

“Opsi pertama adalah nekat turun ke bawah, tapi tidak mungkin, berdaarkan pengalaman saya waktu di gunung Tangkuban Perahu, kondisi fisik kami tidak akan bertahan sampai bawah, satu-persatu dari kami pasti akan tumbang di tengah jalan.”

“Opsi kedua adalah bertahan disini dengan menahan udara dingin sampai esok hari...., berarti...badan harus tetap kering...”

Di terjang hujan badai yang begitu besar dengan posisi berada di puncak gunug, kami benar-benar sendiri.saat itu hanya ada kami dan Tuhan.

Saat sedang berfikir keras untuk bisa selamat dari ancaman tersebut, tiba-tiba saya teringat masa kecil dulu yang sering memperhatikan induk ayam melindungi anak2 nya saat kehujanan.

“Baiklah teman2...., disini Cuma ada plastik tiga, agar plastik ini cukup untuk berenam, kita potong salah satu ujung plastik ini, setelah itu kita semua merapat dan tutupi bagian atas kita dengn plastik, agar celana tidak basah, semuanya jongkok, jangan sampai ada yang duduk”

Itulah ide yang kami dapat saat itu, dan Alhamdulillah kami bisa bertahan sampai pagi. Dan dipagi harinya, perjuangan kami di bayar dengan keindahan alam ciptaan tuhan yang belum pernah kami saksikan sebelumnya.




“Subhanallah indahnyaa....” tawa dan canda kamipun lahir kembali.

 
Itulah pengalaman yang kami dapat saat itu, bahwa ketenangan, kerjasama, do’a dan ketabahan adalah konsep bertahan hidup yang pertama harus dipelajari.

Untuk temen2 APRAK...”yuk ah kita ngAPRAK lagi...!!!”









No comments:

Post a Comment