Mendaki gunung
merupakan salah satu olah raga ekstrim yang menantang sekaligus penuh resiko.
Dibalik keindahan yang bisa di nikmati, tersimpan bahaya-bahaya dari alam yang
setiap saat dapat mengancam keselamatan kita.
Diperlukan suatu
kemampuan dan keterampilan untuk mengntisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Teori bertahan hidup/ konsep survival mutlak harus dikuasai oleh semua orang
yang menekuni hobby ini.
Berbicara mengenai
ancaman yang ditimbulkan oleh alam, kami Sentot Utama, jamal, Santo Kenthus,
BEN, Agus DNE, dan Fauzil yang tergabung dalam komunitas APRAK (Apresiasi Alam
dan Kreativitas) mendapatkan pengalaman berharga beberapa waktu lalu saat
mendaki Gunung Manglayang.
Sabtu 11 februari
2012 kami berenam berangkat menuju Jatinagor dengan rencana akan melakukan
Camping di puncak bayangan gunung Manglayang. Bagi APRAK, Camping ini adalah
kegiatan ngAPRAK perdana semenjak APRAK berdiri tgl 21 Januari 2012 kemarin. Camping
ini juga merupakan pengalaman pertama bagi kami berenam.
Jam 18.30, kami
sampai di titik awal pendakian yaitu di warung terakhir desa Barubeureum di
kaki gunung manglayang sebelah timur. Suasana warung saat itu ramai karena
sedang ada kegiatan yang dilakukan eloh teman2 PA disana.
Cuaca saat itu
gerimis, tapi tidak menyurutkan langkah kami untuk melanjutkan perjalanan.
Pertimbangan kami untuk melanjutkan perjalan karena biasanya hujan hanya akan
turun di sore hari, dan kami merasa sudah membawa tenda yang akan melindungi
kami jika hujan turun nanti.
Rute Manglayang
yang terjal kami lalui dengan semangat perjuangan dan kesabaran yang tinggi.100
meter sebelum mencapai puncak bayangan, kaki kanan Fauzil kram dan memaksa kami
untuk berhenti. Untuk menghemat waktu, saya dan Kenthus melanjutkan perjalanan
untuk menyiapkan tenda.
22.30, tenda dan
segala keperluan untuk beristirahat selesai di siapkan. Kamipun makan malam
dibawah sinar bulan yang masih tertutup awan.selesai makan, karena gerimis
turun kembali, kami memutuskan untuk masuk tenda dan beristirahat.
Jam 00.30 tiba-tiba
hujan turun dengan lebatnya di tambah petir yang menyambar-nyambar tepat diatas
kepala kami. Saya dan Jamal pertama kali terbangun saat itu, perasaan panik
mulai muncul saat air mulai menembus tenda kami. Cuma satu yang saya ingat
waktu itu, bahwa dalam kondisi seperti itu usahakan untuk tetap tenang,
setidaknya itu yng pernah saya baca tentang teknik survival.
Satu-persatu kami
berenam terbangun dengan suasana panik menyelimuti, tidak tau apa yang harus
dilakukan. “Bakal jadi DPO tim SAR nih
besok....., tapi tidak, kami harus selamat!!!”, itu yang sempat terlintas
dalam benak saya. Bebrapa saat kemudian angin kencang menerpa tenda kami yang
membuat air semakin deras menembus tenda.
“Opsi pertama adalah nekat turun ke bawah, tapi tidak
mungkin, berdaarkan pengalaman saya waktu di gunung Tangkuban Perahu, kondisi
fisik kami tidak akan bertahan sampai bawah, satu-persatu dari kami pasti akan
tumbang di tengah jalan.”
“Opsi kedua adalah bertahan disini dengan menahan udara
dingin sampai esok hari...., berarti...badan harus tetap kering...”
Di terjang hujan
badai yang begitu besar dengan posisi berada di puncak gunug, kami benar-benar
sendiri.saat itu hanya ada kami dan Tuhan.
Saat sedang
berfikir keras untuk bisa selamat dari ancaman tersebut, tiba-tiba saya
teringat masa kecil dulu yang sering memperhatikan induk ayam melindungi anak2
nya saat kehujanan.
“Baiklah teman2...., disini Cuma ada plastik tiga, agar
plastik ini cukup untuk berenam, kita potong salah satu ujung plastik ini,
setelah itu kita semua merapat dan tutupi bagian atas kita dengn plastik, agar
celana tidak basah, semuanya jongkok, jangan sampai ada yang duduk”
Itulah ide yang
kami dapat saat itu, dan Alhamdulillah kami bisa bertahan sampai pagi. Dan
dipagi harinya, perjuangan kami di bayar dengan keindahan alam ciptaan tuhan
yang belum pernah kami saksikan sebelumnya.
Itulah pengalaman
yang kami dapat saat itu, bahwa ketenangan, kerjasama, do’a dan ketabahan
adalah konsep bertahan hidup yang pertama harus dipelajari.
Untuk temen2
APRAK...”yuk ah kita ngAPRAK lagi...!!!”
No comments:
Post a Comment