Pages

Saturday, October 20, 2012

Pesona indah Bukit Tunggul



Sobat inspirasi, apa kabar semua….harapan saya semoga kita selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Sepertinya sudah lama ya kita tidak saling sapa, biasa lah penyakit malas sedang datang menyerang..:)

Kali ini ada sedikit cerita yang ingin saya bagikan untuk sobat inspirasi semua. Biasa lah, cerita seputar perjalanan saya bareng teman-teman dari keluarga APRAK (Apresiasi Alam dan Kreatifitas). Walaupun ini hanya cerita biasa, saya berharap semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi buat sobat inspirasi semua.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari minggu 29 September 2012 saya bersama APRAK melakukan kegiatan yang mungkin bisa di katakan rutin, yaitu olah raga Hiking atau dalam istilah keluarga APRAK biasa di sebut ngaprak. 



Tujuan ngaprak kali ini adalah Gunung Bukit Tunggul yang secara geografis terletak di antara Bandung dan Subang. Bukit Tunggul adalah gunung yang memiliki ketinggian kurang lebih 2.208mdpl, dan gunung ini bukan merupakan gunung berapi. Menurut informasi yang dapat dipercaya, Bukit Tunggul adalah gunung tertinggi ke empat di kawasan Bandung.

Legendanya Bukit Tunggul terbentuk dari pangkal pohon (tunggul) yang tersisa saat Sangkuriang membuat perahu untuk Dayang Sumbi. Dimana perahunya kelak menjadi Gunung Tangkuban Perahu dan ranting-ranting kayunya menjadi Gunung Burangrang. *pohonnya segede apa ya…:D


Untuk titik awal pendakian, kami memilih jalur Pasirangling, di kawasan cibodas (sebenernya masih rada bingung sih masuknya cibodas atau suntenjaya)..

Dari Bandung, untuk mencapai titik ini bisa di tempuh dengan menggunakan kendaraan umum kearah Lembang (st.Hall-Lembang) turun di pasar Lembang di lanjut dengan angkutan kota kearah Cibodas via Maribaya sampai pemberhentian terakhir, terminal ini dinamakan Patrol. Untuk masing-masing angkutan umum tarifnya Rp.5000,-.

Dari Patrol kita harus berjalan sekitar 2 jam untuk mencapai Kp.Pasirangling. kita akan melewati perkebunan dan perbukitan yang lumayan menguras tenaga. Jalurnya adalah jalur tanah yang tidak begitu kecil dan tidak juga besar, tapi banyak truk yang masuk kawasan ini untuk mendistribusikan pupuk kepada masyarakat setempat. Dikiri- kanan terbentang luas perkebunan yang terlihat gersang, hanya sedikit tanaman brokoli yang tersisa disana, mungkin karena saat ini belum mulai masa tanam.



Lepas dari perkebunan dan pemukiman kita akan memasuki hutan pinus yang tertata sangat rapih. Disini kita disuguhi pohon pinus yang berjajar menjulang tinggi dengan jarak yang begitu rapi. Bagian bawahnya di penuhi ranting dan daun-daun pinus kering berwarna merah. Sepintas hamparannya bagai permadani yang menutupi kawasan hutan ini.




Setelah menembus kokohnya barikade pinus, kita mulai merambah memasuki kawasan hutan yang lebih lebat. Permukaan tanah kawasan hutan ini di penuhi rumput babadotan yang hampir memenuhi jalur pendakian. Mungkin karena jarang ada yang mendaki sehingga semakin keatas jalur semakin rapat oleh berbagai tumbuhan. Tapi justru disinilah nilai lebihnya, karena kita bisa lebih menikmati bentuk kealamiannya. Perjalanan semakin menarik ditemani nyanyian burung yang terus mengiringi dan memanjakan telinga kita.

Semakin keatas, udara semakin menusuk dan lembab. Pepohonan pun mulai di penuhi lumut seolah menjadi selimut yang hangat baginya. Rumput babadotan digantikan oleh uniknya spiral-spiral yang pertontonkan oleh tanaman pakis.


 
Beberapa saat sebelum puncak, kita akan menemui kawasan yang banyak ditumbuhi oleh rumpun-rumpun honje hutan. Honje hutan sendiri adalah sejenis tumbuhan rempah dari suku jahe-jahean. Masyarakat sekitar biasanya memanfaatkan bunga dan buahnya sebagai campuran dan sekaligus sebagai bumbu penyedap bebagai jenis masakan.

Dan setelah kurang lebih 4 jam kita berjalan menikmati sajian alam bukit tunggul ini, akhirnya kita sampai ditujuan akhir perjalanan, yaitu puncak bukit tunggul di ketinggian 2208mdpl. Dipuncak, kita akan menemui situs purbakala peninggalan nenek moyang berupa punden berundak dan bentuk kolam yang dinamakan “Babalongan”. Konon situs ini adalah tempat pemujaan di jaman megalitik.



 
Banyak hal bisa kita renungi disini, dan banyak inspirasi mengisi relung hati menyibak sanubari dan menyadarkan betapa indah dan besarnya ciptaan Yang Maha Kuasa.

Dan kami (Sentot Utama, Bambang Edi Nugroho, Santo Kenthus dan Teten) selalu berdo’a dan berharap semoga apa yang kami nikmati, kami lihat dan kami rasakan dapat pula dirasakan oleh generasi berikutnya.

Terakhir, buat semua sobat inspirasi dan barudak APRAK mari kita tumbuhkan rasa empati kita terhadap alam sehingga kita mampu memberikan apresiasi yang nyata..


Salam Apresiasi…..

2 comments: