Pages

Thursday, May 9, 2013

Pak Tua Bijak dan Segenggam Garam

Dikisahkan, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dengan air muka yang ruwet. Anak muda itu memang tampak seperti orang yang tak bahagia.Tanpa membuang waktu, pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama, ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta
tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

“Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya…. “ ujar pak tua itu.

“Pahit, pahit sekali… !!!” jawab sang pemuda sambil meludah kesamping.

Pak tua itu sedikit tersenyum, ia lalu mengajak pemuda itu untuk berjalan ketepi telaga didalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak tua itu, kembali menaburkan segenggam garam kedalam telaga itu.Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air mengusik ketenangan telaga itu.

“Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”.

Saat pemuda itu selesai meneguk air, pak tua berkata lagi “Bagaimana rasanya ??? “ 

“Segar”, sahut tamunya. 

“Apakah kamu merasakan garam didalam air itu??”, tanya pak tua lagi.

“Tidak” jawab si anak muda.

Dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersila disamping telaga itu.

“Anak muda, dengarlah… Pahitnya  kehidupan layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak tua itu lalu kembali memberikan nasehat.
“Hatimu adalah wadah itu. Perasaan adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” 

Keduanya lalu beranjak pulang, mereka sama-sama belajar hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu kembali menyimpan “segenggam garam” untuk anak muda yang lain, yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa. 

“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha 25-28)

No comments:

Post a Comment