Dalam hidup dan kehidupan, masalah adalah
merupakan hal yang biasa. Di setiap detik, jam, hari, minggu, bulan atau
tahunnya, selama nafas kita masih keluar masuk paru-paru, selama itu pula
masalah akan selalu hadir untuk kita selesaikan.
Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, makhluk
yang dikaruniai akal dan penalaran untuk memahami ilmu pengetahuan sudah di
rancang sedemikian rupa untuk bisa mengambil tindakan dalam suatu kondisi. Dengan
akal kita di beri kemampuan untuk dapat memilih yang terbaik bagi kita. Dan mungkin
karena itulah hidup kita ditakdirkan untuk berhadapan dengan berbagai masalah
yang harus diperjuangkan untuk penyelesaiannya.
Ada saatnya masalah yang kita hadapi dapat
diselesaikan dengan mudah, dan hasil yang memuaskan. Disinilah kita wajib
mensyukuri nikmat tersebut. Akan tetapi ada saatnya pula masalah yang kita
hadapi sepertinya tidak berujung. Kita merasa segala daya dan upaya sudah
dilakukan untuk menghadapinya, tapi tiada hasil yang dapat kita raih. Dalam
keadaan seperti inilah kesabaran kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
mulia di uji.
Ada suatu cerita yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah RA yang mungkin dapat menggambarkan tentang konsep kesabaran dan
rasa syukur dalam menghadapi hidup. Begini ceritanya…
Dari Abu
Hurairah RA, ia mendengar Nabi SAW
bersabda, “Ada tiga orang Bani Israil yang mempunyai penyakit belang, botak,
dan buta. Kemudian Allah hendak menguji mereka. Maka Allah mengutus malaikat
kepada mereka.
Malaikat itu datang kepada si belang dan
bertanya : ‘Apakah yang paling kamu
inginkan ?’
Si belang menjawab : ‘saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang
penyakitku yang menjadikan orang-orang memandang jijik kepadaku’
Malaikat itu kemudian mengusap si belang. Tiba-tiba
hilanglah penyakit yang menjijikan itu dan parasnya berubah menjadi tampan, dan
ia memiliki kulit yang bagus.
Malaikat itu bertanya lagi : ‘harta apakah yang paling kamu senangi?’
Si belang menjawab : ‘unta’ (dalam riwayat lain “sapi”).
Kemudian ia diberi unta yang sedang hamil
sepuluh bulan dan malaikat itu berkata : ‘semoga
Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima’.
Kemudian malaikat mendatangi si botak dan
bertanya : ‘Apakah yang paling kamu
inginkan?’
Si botak menjawab : ‘rambut yang rapi dan hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang
jijik kepadaku’
Malaikat itu kemudian mengusap kepala si botak.
Tiba-tiba hilanglah penyakitnya dan tumbuhlah rambut yang rapi.
Malaikat itu bertanya lagi :’harta apakah yang paling kamu senangi?’
Si botak menjawab : ‘Sapi’.
Malaikat itupun memberinya sapi yang sedang
hamil. Ia berkata : ‘Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima’.
Selanjutnya malaikat itu mendatangi si buta
dan bertanya : ‘ Apakah yang paling kamu
inginkan?’
Si buta menjawab : ‘Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku dapat melihat orang’.
Malaikat itu lantas mengusap si buta dan Allah
mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi : ‘harta apakah yang paling kamu senangi?’
Si buta menjawab : ‘kambing’. Kemudian ia di beri kambing yang sedang hamil.
Selang beberapa tahun, unta, sapi dan kambing
berkembang biak. Unta bertambah banyak sehingga memenuhi satu lembah. Demikian juga
dengan sapi dan kambing. Kemudian malaikat tadi datang kepada si
belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan si
belang waktu itu.
Malaikat berkata : ‘saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah-tengah
perjalanan. Sampai hari ini, tidak ada yang mau memberi pertolongan kepada saya
kecuali Allah. Saya harap engkau mau memberi pertolongan. Saya mohon kepadamu
atas nama Tuhan yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit
yang halus, serta harta kekayaan. Saya hanya meminta satu ekor unta untuk bekal
didalam melanjutkan perjalanan saya’.
Si belang berkata : ‘Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak. Saya tidak bisa
membekali apa-apa’.
Malaikat itu berkata : ‘kalau tidak salah, saya kenal dengan kamu. Bukankah kamu dulu orang
yang berpenyakit belang sehingga orang-orang lain merasa jijik kepadamu. Bukankah
kamu dulu orang yang miskin, kemudian Allah member rahmat kepadamu?’
si belang berkata : ‘harta kekayaanku ini adalah dari nenek moyangku’.
Malaikat itu berkata : ‘jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan
semula’.
Kemudian malaikat itu datang kepada si botak
dengan penampilan yang sama sebagaimana si botak dulu dan berkata seperti yang
dikatakan kepada si belang. Si botak pun menjawab sebagaimana si belang. Kemudian
malaikat itu berkata : ‘jika kamu berdusta,
semoga Allah mengembalikanmu seperti semula’.
Setelah itu malaikat itu pergi menemui si
buta dalam keadaan yang sama seperti keadaan si buta dulu. Malaikat berkata : ‘‘saya adalah orang miskin yang kehabisan
bekal di tengah-tengah perjalanan. Sampai hari ini, tidak ada yang mau memberi pertolongan
kepada saya kecuali Allah’. Saya harap engkau mau member pertolongan. Saya mohon
kepadamu atas nama Tuhan yang telah mengembalikan penglihatanmu. Saya hanya
meminta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya’.
Si buta berkata : ‘saya dahulu adalah orang buta. Kemudian Allah mengembalikan penglihatan
saya. Maka, ambilah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang kamu tidak
senangi. Demi Allah saya tidak akan menahanmu untuk mengambil apapun yang kamu
ambil atas nama Allah Yang Maha Agung’.
Malaikat itupun berkata : ‘peliharalah harta kekayaanmu. Sebenarnya kamu
hanyalah diuji. Allah benar-benar ridha kepadamu dan dia murka kepada kedua
kawanmu’ “. (HR.Bukhari dan Muslim)
Sumber : Shahih Riyadush Shalihin
No comments:
Post a Comment