Pages

Wednesday, November 14, 2018

Kisah Mimpi Raja Yaman Rabi'ah bin Nashr


Di kisahkan di negeri Yaman, ada seorang raja bernama Rabi'ah bin Nashr. Ia adalah seorang raja dari sekian banyak raja-raja At-Tababa'ah.


Suatu malam raja bermimpi, dalam mimpinya dia melihat suatu hal yang mengerikan.

Merasa terganggu dengan mimpinya, Rabi'ah bin Nashr mengumpulkan semua dukun, tukang sihir, dan ahli nujumnya untuk mengetahui takwil mimpinya.

Setelah semuanya berkumpul, raja pun berkata kepada mereka,

"Aku bermimpi melihat hal yang menakutkan. Oleh karena itu, jelaskan kepadaku arti mimpiku!". 

Mereka pun menjawab,

"Coba paduka ceritakan mimpi paduka kepada kami, agar kami bisa menakwilkan arti mimpi paduka". 

Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Aku tidak akan puas dengan penjelasan kalian jika aku ceritakan mimpiku terlebih dahulu kepada kalian. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengetahui arti mimpiku kecuali oleh orang yang mengetahui mimpiku sebelum aku ceritakan mimpi itu kepadanya".

Salah seorang dari mereka berkata,

"Jika itu yang paduka inginkan, maka utuslah seseorang untuk memanggil Sathih dan Syiqq, karena tidak ada orang yang lebih ahli dari mereka, dan mereka pasti dapat menjelaskan arti mimpi paduka". 

Kemudian Rabi'ah bin Nashr mengutus seseorang untuk menemui Sathih dan Syiqq agar menghadap kepadanya.

Ternyata yang menghadap lebih dulu kepada Rabiah bin Nashr adalah Sathih. Rabi'ah bin Nashr pun berkata kepada Sathih,

"Sesungguhnya aku bermimpi melihat hal yang menakutkan, maka coba tebak mimpiku tersebut, karena jika tebakanmu tepat, maka tepat juga penjelasanmu tentang artinya". 

Sathih pun menjawab,

"Baiklah paduka, engkau bermimpi melihat benda hitam yang keluar dari tempat yang gelap, kemudian benda itu jatuh ke tanah datar, kemudian semua makhluk hidup memakannya". 

Kemudian Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Engkau benar wahai Sathih, sekarang jelaskan arti mimpi tersebut ?".

Sathih berkata,

"Aku bersumpah dengan malam dan siang, bahwa sesungguhnya orang-orang Habsyi pasti menginjak negeri kalian, dan mereka pasti menguasai daerah antara Abyan hingga juras".

Raja pun berkata kembali,

"Demi ayahmu wahai Sathih, sesungguhnya hal ini sungguh menyakitkan kita semua. Kapan itu terjadi ?, apakah pada zamanku atau sesudah zamanku ?".

Sathih berkata,

"Tidak pada zamanmu, namun sesudah zamanmu wahai paduka. Enam puluh atau tujuh puluh tahun yang akan datang".

Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Apakah daerah-daerah tersebut terus berada dalam kekuasaan mereka atau tidak selama-lamanya ?".

Sathih berkata,

"Tidak selama-lamanya, daerah-daerah tersebut berada dalam kekuasaan mereka hanya selama tujuh puluh tahun atau lebih, mereka di bunuh dan keluar daripadanya dengan lari terbirit-birit".

Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Siapakah yang membunuh dan mengusir mereka ?".

Sathih menjawab, 

"Orang itu adalah Iram bin Dziyazan. Ia mendatangi mereka dari arah Aden dan tidak menyisakan seorang pun diantara mereka di Yaman".

Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Apakah daerah-daerah tersebut terus berada dalam kekuasaannya selamanya atau tidak ?".

Sathih berkata,

"Tidak selama-lamanya ..." 

Rabi'ah bin Nashr berkata,

"Siapa yang menghentikannya ?".

Sathih berkata,

"Seorang nabi yang suci yang mendapatkan wahyu dari Dzat Yang Maha Tinggi ".

"Berasal dari mana nabi itu ?", kembali Rabi'ah bin Nashr bertanya kepada Sathih.

"Ia berasal dari salah seorang dari bani Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadr. Kekuasaan berada dalam genggaman kaumnya hingga akhir jaman", Sathih menjelaskan.

Rabi'ah bin Nashr berkata, "apakah jaman mempunyai akhir ?".

"Ya, pada hari manusia generasi pertama hingga generasi terakhir dikumpulkan didalamnya. Pada hari itu, orang-orang yang berbuat baik mendapatkan kebahagiaan, dan orang-orang jahat mendapatkan kecelakaan", papar Sathih kembali menjelaskan kepada rajanya.

Rabi'ah bin Nashr berkata, 

"Apakah yang engkau katakan ini benar ?".

Sathih berkata,

"Ya, demi sinar merah saat matahari terbenam, demi malam yang gelap gulita, dan semi subuh jika telah menyingsing, sesungguhnya apa yang sudah aku katakan kepadamu adalah benar ".

Setelah itu Syiqq datang dan berkata persis seperti apa yang telah di jelaskan oleh Sathih. Rabi'ah bin Nashr sengaja menyembunyikan apa yang dikatakan Sathih untuk mengetahui apakah ucapan syiqq sama dengan ucapan Sathih, ataukah berbeda.

Syiqq berkata, "engkau melihat benda hitam yang keluar dari tempat gelap, kemudian benda hitam tersebut jatuh di antara padang rumput dan anak bukit, kemudian ia dimakan oleh makhluk hidup ".

Ketika Syiqq berkata seperti itu, Rabi'ah bin Nashr mengerti bahwa ucapan Syiqq sama dengan ucapan Sathih, dan bahwa ucapan keduanya betul-betul sama.

Bedanya, bahwa Sathih mengatakan benda hitam itu jatuh di tanah datar kemudian dimakan seluruh makhluk hidup, sedang Syiqq berkata benda hitam tersebut jatuh diantara padang rumput dan anak bukit.

Takwil mimpi yang dijelaskan Syiqq pun sama dengan apa yang sudah di ceritakan oleh Sathih.

Ucapan Sathih dan Syiqq sangat membekas di hati Rabi'ah bin Nashr, sehingga Ia menyiapkan keluarga dan anak-anaknya untuk pergi ke Irak dengan harapan langkahnya ini dapat mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, dan mengirimkan mereka kepada salah seorang raja Persia bernama Sabur bin Khurradzadz.

Sabur menempatkan mereka di Al Hirah.

Diantara sisa keturunan Rabiah bin Nashr adalah An-Nu'man bin Al-mundzir

Note :
  • Nasab Syiqq : Syiqq bin Sha'b bin Yasykur bin Ruhm bin Afrak bin Qais bin Abqar bin Anmar bin Nizar. 
  • Nasab Sathih : Sathih bin Rabi'ah bin Mas'ud bin Mazin bin Dzi'b bin Adi bin Mazin bin Ghassan.

No comments:

Post a Comment